Halaman

Jumat, 25 April 2014

Ternyata Aku Normal - Jangan Gegabah Memvonis Anak

Aden (bukan nama sebenarnya) selalu mendapatkan bully (gertakan, cacian dan cemoohan) dari lingkungannya. Di sekolah, ia sering mendapatkan bully dari teman-temannya. Mereka menilai Aden adalah anak blo’on, tidak normal, berpenampilan seperti anak DS (Down Syndrom). Bahkan, sebagian guru (mata pelajaran) terkadang tak terasa juga ikutan menertawakan dan meremehkannya sehingga sikap teman-temannya semakin menjadi-jadi karena mendapatkan “pembenaran dan pembolehan” dari guru-guru tersebut.
Di lingkungan rumah, Aden juga mendapatkan perlakuan yang tidak baik atau kurang pantas dari “Papa” dan Oka (“Abang”nya). Sejak kecil hingga sekarang (kelas 5 SD) ia merasa tidak mendapatkan kasih sayang yang tulus, terutama dari “Papa”nya. Berbeda dengan Oka, perlakuan diskrimianatif “Papa” cukup kentara dan terasa mendalam pada lubuk hati Aden. Apalagi bila dibanding-bandingkan dengan Oka yang berprestasi (menonjol) di sekolah, sementara Aden mirip anak o’on dan dinilai ber-“madesu” (masa depan suram).
Hingga pada suatu hari “Papa” kesal pada Aden. Dan, kata-kata amarahnya meluncur, tak terduga: “Kamu bukan anak Papa!”

Maka, ciutlah hati Aden. Sambil mendekam di dekapan pelukan “Mama”, ia hanya berkata: “Biarin, pokoknya aku anaknya Mama!”

Aden, hanyalah seorang anak kecil, masih amat membutuhkan kasih sayang dan perlindungan dari orangtua. Untungnya, naluri keibuan “Mama”nya masih tersisa untuk Aden.

Ya, Aden bukanlah anak “Papa-Mama”nya. Aden sebenarnya adalah cucu “Papa-Mama”nya. Mama sebenarnya telah diusir dari rumah (oleh Kakeknya), hingga ia menjadi korban perdagangan perempuan (Women Trafficking) dan lahirlah Aden yang kemudian diadopsi oleh Kakek-Neneknya sendiri sebagai anak.
Aden diadopsi sejak bayi. Meskipun tumbuh di keluarga berkecukupan (secara materi), tetapi Aden seperti memiliki kelainan dengan wajah mirip orang Mongol (mongolisme) yang dikenal dengan istilah Down Syndrome (DS). Sampai kelas 2 SD, Aden belum bisa melafalkan beberapa huruf dengan jelas. Hingga dokter (syaraf) mendiagnosa Aden memilki kelainan di otak dan perlu diterapi. Meskipun ada kemajuan, terapi dokter syaraf yang sudah berlangsung akhirnya dihentikan sejak “Mama”nya terjatuh dari kendaraan.
Di tengah kebingungan dan kegundahan, “Mama-Papa”nya meminta saya untuk menggali potensi dan bakat yang mungkin dimiliki Aden melalui analisis fingerprint (sidik jari). Bagaimana hasilnya?

Hasil analisis fingerprint Aden secara lengkapnya sudah diterima oleh “Mama-Papa”nya dan sudah didiskusikan. Di antara poin-poin pentingya adalah:


POTENSI KEAHLIAN DAN PENGETAHUAN - ADEN:

Kinestetik Sentuh
Aden: Memiliki kemampuan motorik halus. Peka terhadap sentuhan, perabaan, bebauan dan rasa. Memilki potensi karier sebagai Chef (ahli masak), terapis fisik, pengrajin, ahli bedah, peramu obat (farmasi), dll.
TANGGAPAN “MAMA”NYA:
Iya, Aden suka bikin mie instan sendiri (pas, tidak mentah ataupun kematangan/lembek). Aden bisa merasakan masakan enak atau tidak, seperti orang dewasa yang tahu masakan.
Logis Matematik
Memiliki kekuatan dalam persoalan logika dan analisis, termasuk menguraikan soal-soal hitungan dengan unsur logika. Selain berkaitan dengan hitungan angka, ia mampu membuat analisis logik untuk mencari hubungan sebab akibat dari hubungan antarinformasi.
TANGGAPAN “MAMA”NYA:
Tapi, kenapa nilai matematika Aden tidak menonjol, hanya rata-rata di kelas? Ini di luar dugaan....

JAWAB SAYA:
Ya, mungkin saja ada kendala dalam belajar atau masalah lainnya….
TANGGAPAN “MAMA”-NYA:
Iya, sih, Aden sudah tidak suka (matematika) duluan. Apalagi gurunya juga kurang apresiasi kepada Aden. Padahal, Aden sebenarnya mampu, hanya kalau berhitung ia suka tidak teliti.
TANGGAPAN ADEN:“Ma…, Aden normal, Aden bisa pintar!” teriak Aden senang, bersemangat dan tumbuh rasa percaya dirinya.

Kedua mata “Mama”nya berkaca-kaca, hampir meneteskan air mata ketika Aden bergembira dengan menyatakan dirinya ternyata normal. Tidak seperti sangkaan teman-temannya, sebagian gurunya dan bahkan “Papa”nya, yang menganggap aden tidak normal.
Musikal
Memiliki kepekaan dalam menyerap bunyi-bunyian menjadi unsur irama yang mengandung nada tertentu dalam bentuk melodi. Mudah membuat lirik lagu hanya dengan menghafal kata-kata yang disertai irama dan melodi. Selain itu, juga mudah belajar memainkan alat musik.
TANGGAPAN “MAMA”NYA:
Selama ini Aden les privat musik piano. Jari tangan kanan dan kirinya memang cukup lemes (cekatan/pandai) memainkan piano menurut guru privatnya. Aden kayaknya berbakat main piano, atau main alat musik lainnya.
Kinestetik Gerak
Memiliki kemampuan motorik kasar. Tangkas dan cekatan mengoordinasikan gerakan otot dalam melompat, berlari, atau mempraktekkan keterampilan fisik.
TANGGAPAN “MAMA”NYA:
Aden memang suka main ke luar rumah, bersepeda dan juga rajin shalat berjamaah di masjid. Dulu, Aden pernah takut di kolam renang. Tapi, sekarang ia suka pamit dan ‘ngeloyor’ sendiri ke kolam renang. Kuat berenangnya, dari pagi hingga tengah hari, tanpa ditemani.

"LEARNING COMMUNICATION CHARACTER" - ADEN:

"Learning communication characer" menunjukkan cara yang digunakan seseorang (Aden) untuk menyerap pengetahuan dan bagaimana berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Aden memiliki: Cognitive Learning sebesar  80% dan Affective Learning sebesar 20%.

COGNITIVE LEARNER
Berinisiatif sendiri untuk menyerap pengetahuan. Agak egois, kuat dalam keyakinan dan pengetahuan diri. Terkadang perlu dibiarkan agar menyadari kesalahannya sendiri. Dimotivasi dengan adanya alasan yang jelas mengapa belajar, apa manfaat belajar, waktu yang jelas, dsb.

Sebaiknya tidak memaksakan aturan kaku untuknya. Ia ingin belajar sesuai inspirasina. Biarkan ia memecahkan masalah dan menjawab pertanyaan yang menantang. Dorong ia untuk menetapkan tujuan dan target-target pribadi, agar termotivasi. Hormati pendapat pribadinya karena ia ingin belajar dari kesalahannya sendiri.
TANGGAPAN “MAMA”NYA:
Aden memang cukup dewasa. Ketika ada masalah di sekolah tak jarang ia selesaikan sendiri, atau bersama gurunya. Ini menurut hasil laporan gurunya.
AFFECTIVE LEARNER
Belajar terbaik dengan adanya contoh; kemudian melakukan modikasi terhadap contoh tsb. Belajar melalui berbagai media (koran, buku pelajaran, film, majalah, dsb). Termotivasi dengan membaca biografi orang-orang terkenal.

Ia menghargai hubungan kekeluargaan/pertemanan dengan menggunakan perasaan, sehingga orang tua dan guru hendaknya berkomunikasi dengan perasaan lembut, agar anak ini semangat dalam belajar. Perlu (sering) mengatakan kepadanya betapa kita menghargainya, dan betapa pentingnya hubungan kita dengannya.
TANGGAPAN SAYA:
Masalahnya, Aden kurang mendapatkan penghargaan dan hubungan yang harmonis dengan teman-temannya. Terutama  penghargaan dan hubungan yang berkasih sayang dan penuh perasaan lembut  dari “Papa”nya. Padahal, Aden bisa menguasai keahlian atau pengetahuan tertentu sesuai potensi atau bakatnya, apabila dilatih sejak dini.

NOTE:
- Ini kisah nyata, yang disamarkan/disembunyikan nama dan lokasinya. Agar, semoga dapat menginspirasi kita semua!
- Setiap anak itu unik. Ia memiliki potensi untuk Sukses Akademik atapun Sukses Bakat
- Bila ada keingingan untuk menggali potensi atau bakat anak bisa menghubungi saya


1 komentar: